Tak Banyak yang Tahu, Usai Lengser Soeharto Menangis Lihat Rakyat Antre Beli BBM

JAKARTA (SURYA24.COM)-Seperti diketahui pada periode kepemimpinan Presiden Soeharto, yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998, Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan dalam sektor perekonomian. Pemerintahan Soeharto dikenal dengan kebijakan ekonominya yang kuat, yang sering disebut sebagai "Orde Baru" atau "New Order". Meskipun ada berbagai perspektif yang berbeda tentang keberhasilan dan kekurangan rezim Soeharto, tidak dapat disangkal bahwa era tersebut menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan perbaikan kondisi sosial di Indonesia.

Salah satu prestasi terbesar di era Soeharto adalah stabilitas ekonomi yang berhasil dicapai. Melalui kebijakan yang ketat dalam hal pengendalian inflasi, pemerintah berhasil menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kondisi ini menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, yang berkontribusi signifikan terhadap pembangunan infrastruktur, industri manufaktur, dan sektor pertanian.

Dalam upaya meningkatkan perekonomian, pemerintahan Soeharto juga mengimplementasikan kebijakan industrialisasi yang berfokus pada sektor manufaktur. Program ini berhasil menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Berbagai program pembangunan seperti Proyek Pertumbuhan Ekonomi Nasional (Proyek PEN) dan Pembangunan Lima Tahun juga diluncurkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.

Namun, di balik kemajuan ekonomi yang dicapai, ada juga beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia selama era Soeharto. Salah satu masalah yang sering diperdebatkan adalah ketimpangan pendapatan yang semakin membesar. Meskipun ada penurunan tingkat kemiskinan, kesenjangan antara kelompok masyarakat yang kaya dan yang miskin semakin terlihat. Hal ini mengakibatkan kritik terhadap sistem ekonomi yang tidak adil dan konsentrasi kekuasaan ekonomi di tangan segelintir elit.

Dapat disimpulkan era Presiden Soeharto di Indonesia merupakan periode yang mencatat kemajuan yang signifikan dalam perekonomian. Stabilitas ekonomi, kebijakan industrialisasi, dan program pembangunan berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Namun, tantangan seperti ketimpangan pendap atan dan korupsi juga mewarnai periode tersebut. Meskipun perekonomian mengalami perkembangan pesat, keadilan sosial dan transparansi pemerintahan masih menjadi isu yang perlu ditangani.

Pada akhir masa kepresidenan Soeharto, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi yang parah pada tahun 1997. Krisis ini mengekspos kelemahan dalam fondasi perekonomian, termasuk ketergantungan terhadap modal asing, praktik korupsi yang merajalela, dan kurangnya diversifikasi ekonomi. Krisis ekonomi ini mengakibatkan terjadinya kerusuhan sosial dan terpilihnya Presiden baru, yang menandai akhir dari era Soeharto.

Meskipun ada kelebihan dan kekurangan di era Soeharto, dampak yang ditorehkan terhadap perekonomian Indonesia tidak dapat diabaikan. Periode tersebut menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang kuat, pembangunan infrastruktur yang signifikan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, tantangan seperti ketimpangan pendapatan, korupsi, dan keadilan sosial juga perlu diakui sebagai bagian dari sejarah ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Soeharto.

Menangis Lihat Rakyat Antre Beli Minyak

Ada kisah menarik setelah Presiden Soeharto lengser. Rupanya penguasa Orde Baru ini masih memperhatikan perkembangan sosial ekonomi di Indonesia setelah reformasi.

Dikutip dari metrdeka.com, peristiwa itu terjadi tahun 2004. Pengusaha sekaligus keluarga Soeharto, Probosutedjo tengah menemani kakaknya menonton TV.

"Pak Harto terus menyimak berita itu, kemudian berkata pelan. Kasihan rakyat kecil," kata Probosutedjo menirukan Soeharto.

Menurutnya, saat itu rona wajah mantan Pangkostrad itu terlihat sedih. Tak lama terlihat air matanya menetes.

Prihatin Lihat Rakyat

"Pak Harto menangis melihat penderitaan rakyat," kenang Probosutedjo dalam buku Pak Harto The Untold Stories.

Soeharto sempat bercakap-cakap soal keprihatinannya melihat rakyat yang untuk memasak saja kesulitan mendapatkan minyak.

"Kalau begini terus nanti akibatnya pohon-pohon akan ditebangi untuk memasak,' keluh Pak Harto.

Walau merasa prihatin terhadap kondisi masyarakat, rupanya Soeharto tidak pernah mengkritik presiden-presiden lainnya secara terbuka.

Letjen (Purn) Ary Mardjono, mantan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN di Era Orde Baru menilai hal itu bukan sikap Soeharto.

"Pak Harto tidak pernah mengkritik atau mengomentari kinerja para presiden, baik yang sebelumnya maupun sesudah masa kepemimpinannya. Beliau konsisten berpegang pada falsafah Jawa: Mikul dhuwur mendhem jero," tulis Ary dalam buku yang sama. Sih penak jamanku to?***